Sabtu, 03 Desember 2011

PERUBAHAN LAMBANG

             Dari tahun 2004,lambang ini telah banyak mengalami perbaikan, dari  yang sangat sederhana, berupa coretan tangan dengan 4 elemen gambar yang terdiri dari bunga Cepaka,Pecut, Tri Sula serta tombak, kesemua elemen tersebut di batasi oleh lingkaran yang berwarna emas denga latar belakang tetap warna sakral yaitu sridatu, tiga warna tersebut yaitu putih, hitam dan merah.

Saran dari semua pihak terus mengalir untuk perbaikan, sampai sekarang saran dan kritik masih di tunggu demi kesempurnaan sebuah lambang yg di banggakan ini.

Dalam perjalanan waktu selama kurang lebih 7th, terakhir simbul ini di revisi bulan ini, november 2011 awal.
dengan penambahan 1 elemen gambar yaitu tumbak pejengan yg berwarna emas, serta bentuk dari Pecut mengalami perubahan sesuai dengan bentuk tanda tangan dari IDA CEKORDA PEMECUTAN, dimana tanda tangan Bliau terdiri dari huruf P dan M.

Karena penambahan elemen gambar serta mengikuti bentuk pecut agar tampak sempurna maka simbul LANANG KARANG CEPAKA PEMECUTAN di susun seperti sekarang ini

Semoga perubahan ini tidak mengurangi arti serta kecintaan terhadap simbul LANANG KARANG CEPAKA PEMECUTAN, terutama tidak melunturkan bakti kita terhadap IDA SESUHUNAN ring PAJENENGAN ALANGKAJENG PERAUPAN.


Minggu, 19 April 2009

PEMILU

Pesta Demokrasi telah berakhir, sekarang tinggal membersihkan sampah sampah yang tersisa. Ada sampah yang berupa hutang ada yang berupa stress sampai sampah gilapun tercecer.

Pesta Demokrasi dari tahun ke tahun selalu menyisakan sampah, kapan Indonesia akan bersih dari sampah demokrasi?

Pemilu 2009, adalah Pemilu yang paling Demokratis, karena Jumlah partai sangat banyak. Seakan akan setiap orang mempunyai partai sendiri sendiri, Setiap Partai mempunyai resep membebaskan Indonesia dari kemelaratan menjadi Indonesia yang gemah ripah loh jinawi. Mereka berteriak saat berkampanye, “ Akulah Ratu Adil “,
“ Akulah Pembebas Kemiskinan”, “Akulah Yang akan Mewakili suara Rakyat “, “Suara Rakyat adalah Suara Tuhan “ Jadi Akulah Tuhan. Wah!

Setelah Pemilu usai, Semua Partai ( yang kalah ) menjadi ribut menyoal tentang cacatnya KPU, tidak becusnya Pemerintah mengeluarkan DPT, Pemerintah terlalu interfensi terhadap kpu. Dan banyak lagi suara suara yang membingungkan Masyarakat.

Tapi menurut saya bukan dptnya yang salah tapi sebenarnya banyak oknum masyarakat yang tidak perduli dengan adanyaPemilu. Terbukti banyak masyarakat yang tidak terdaftar di DPS yang telah diumumkan melalui Keluran setempat ataupun kalau di Bali dipasang di setiap Banjar, dan kepala lingkungan juga sudah menghimbau agar memeriksa nama nama mereka.Sekian lama terpasang ternyata tidak ada yang melapor ke Kelurahan atau ke Kaling, kalau namanya tidak tercantum di dps. Setelah Pemilu usai mereka pada ribut – ribut.

Kalau begini siapa yang salah?

Rabu, 15 April 2009

KASTA


KASTA

Masalah kasta atau wangsa banyak sekarang dipermasalahkan.
Pada dasarnya manusia itu adalah sama, sama sama ciptaanNya. Hanya kedudukan dan mentalnya yang akan membedakan. Saat ini siapa yang mau direndahkan. Walaupun dia seorang yang sangat miskin atau dia yang nistapun tidak rela hargadirinya diinjak injak.

Kasta atau wangsa di Bali Khususnya, merupakan ciri atau identitas seseorang yang menyatakan dari mana mereka berasal.

Ada kejadian ketika saya mrngurus akta kelahiran anak saya yang pertama.
Saya menginginkan anak saya ditulis namanya tanpa embel embel seperti ayahnya, yaitu I Gusti, tetapi apa yang saya dapatkan. Ternyata Petugas Catatan Sipil menolak berkas saya, dan menyarankan untuk menulis nama anak dengan lengkap. Harus diisi embel embel seperti orang tuanya, atau saya disuruh untuk mencari surat keterangan pengadilan bahwa anak yang bernama tanpa embel embel itu adalah syah anak saya.

Jadi ada benarnya juga Petugas Catatan Sipil tersebut, mengingat kalau saja kita sudah bekerja, maka kita akan mengisi dftar keluarga. Nah disini akan terlihat apakah anak itu anak kandung atau anak tiri.

Jadi salahkah orang yang menuliskan nama sesuai dengan dari mana mereka berasal. Seperti misalnya Ida Bagus Anu, atau I Wayan Anu

Yang perlu diingat dalam pergaulan sehari hari, Berbahasa haluslah kalau kita berbica dengan orang yang lebih tua, yang sebaya ataupun yang lebih kecil dari kita, tetapi kita baru mengenal mereka. Dengan demikian maka tidak ada yang merasa bahwa saya lebih tinggi kastanya daripada dia.